• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL UMIBE NO KAFUKA KARYA HARUKI MURAKAMI (KAJIAN STRUKTURAL) 村上春樹が創作した海辺のカフカという小説の筋立てと性格描写 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Skripsi Full PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL UMIBE NO KAFUKA KARYA HARUKI MURAKAMI (KAJIAN STRUKTURAL) 村上春樹が創作した海辺のカフカという小説の筋立てと性格描写 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Skripsi Full PDF"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM

NOVEL UMIBE NO KAFUKA KARYA HARUKI MURAKAMI

(KAJIAN STRUKTURAL)

村 春樹 創作 海辺 いう 筋立 性格描写

Skripsi

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata I Sastra Jepang

Oleh: Novi Handayani NIM 13050113120047

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi / penjiplakan.

Semarang, Agustus 2017 Penulis,

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaluran dan Penokohan dalam Novel Umbibe no Kafuka Karya Haruki Murakami” ditulis oleh Novi Handayani telah diterima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi progam strata-1 Progam Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Pada tanggal: 25 Agustus 2017.

Panitia Ujian Skripsi

Ketua

Zaki Ainul Fadli, S.S, M.Hum

NIK 19780616012015011024

Anggota 1

Nur Hastuti, S.S., M.Hum NIK 19810401012015012025

Anggota II

Arsi Widiandari, S.S., M.Si. NIK 198606110115092089

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

(5)

MOTTO

“You've already decided what you're going to do, and all that's left is to set

the wheels in motion. I mean, it's your life. Basically, you gotta go with what you think is right.”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ibu dan Bapak yang selalu percaya bahwa skripsi ini akan selesai pada waktunya.

2. Mas Ikhsan dan Yoga karena telah menjadi kakak dan adik yang menyenangkan.

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya, penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaluran dan Penokohan dalam Novel Umibe no Kafuka

Karya Haruki Murakami” dengan baik tanpa suatu gangguan yang berarti.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menerima banyak bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Redyanto Noor, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

2. Elizabeth Ika Hesti, ANR, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

3. Zaki Ainul Fadli, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing penulis. Terimakasih untuk bimbingan, arahan, ilmu dan waktu yang telah sensei berikan. Semoga segala kebaikan selalu tercurah kepada sensei sekeluarga.

(8)

5. Seluruh dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan. Semoga ilmu yang telah sensei berikan menjadi bekal untuk saya menghadapi dunia di luar perkuliahan.

6. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu yang doa-doa terbaiknya tak pernah berhenti mengalir untuk anak-anaknya. Mas Ikhsan, Yoga, Yunda, Aila, dan Fatih serta keluarga besar di Palembang. Terimakasih untuk dukungan dan cinta yang sepanjang waktu telah diberikan.

7. Putri Wulandari, teman dan sahabat yang sudah berjuang bersama-sama di tanah perantauan. Tak lupa Agung, Bagus, Kak Zuzu, Du‟, Evi, Dede, Aa‟ dan Khalil. Terimakasih untuk pengalaman dan kenangan yang menyenangkan.

8. Teman-teman semasa kuliah yang sudah menjadi saudara sendiri, Dianira, Rike, Risma, Nurul, Isnen dan Atin. Terimakasih karena telah mengajarkan banyak hal. Tak hanya itu bersama kalian kuliah ini juga terasa cepat tanpa hambatan.

9. Deviana Kurniawati orang yang tak pernah berhenti memberikan inspirasi. Terimakasih karena mengoreksi skripsi ini meskipun sudah larut dini hari.

(9)

11.Teman-teman Kos Putri Vero, kalian tahu lah kalian siapa. Terimakasih karena telah menyulap kosan menjadi rumah yang nyaman. Tolong jangan terlalu berisik. Banyak orang mau tidur.

12.Dan yang terakhir semua teman-teman Sastra Jepang 2013. Terimakasih karena telah menjadi teman dan bukan orang asing. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan juga mendapatkan apa yang kita inginkan.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan pada waktu yang akan datang.

Semarang, Agustus 2017

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

PENGALURAN DAN PENOKOHAN ... I HALAMAN PERNYATAAN ... II HALAMAN PERSETUJUAN ... III HALAMAN PENGESAHAN ... IV MOTTO ... V PERSEMBAHAN ... VI PRAKATA ... VII DAFTAR ISI ... X DAFTAR BAGAN ... XIV DAFTAR SINGKATAN ... XV INTISARI ... XVI ABSTRACT ... XVIII

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Permasalahan ... 4

1.2 Tujuan ... 4

1.3 Ruang Lingkup ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.4.1 Metode Penyediaan Data... 5

1.4.2 Metode Analisis Data ... 5

(11)

1.5 Manfaat ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2 ... 9

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.2 Kerangka Teori ... 11

2.2.1 Alur dan Pengaluran ... 11

2.2.1.1 Penahapan Plot ... 12

2.2.1.2 Cara Menentukan Plot ... 14

2.2.1.3. Diagram Struktur Plot ... 17

2.2.1.4 Pembedaan Plot... 18

2.2.2 Tokoh dan Penokohan ... 20

2.2.2.1 Pembedaan Tokoh... 21

2.2.2.2 Teknik Pelukisan Tokoh ... 25

BAB III ... 30

ANALISIS PENGALURAN DAN PENOKOHAN NOVEL UMIBE NO KAFUKA KARYA HARUKI MURAKAMI ... 30

3.1 Pengaluran dalam Novel Umibe no Kafuka ... 30

3.1.1 Sinopsis Cerita tentang Kafka Tamura ... 30

3.1.1.1 Tahap Penyituasian ... 34

3.1.1.2 Tahap Pemunculan Konflik ... 35

3.1.1.3 Tahap Peningkatan Konflik ... 38

3.1.1.4 Tahap Klimaks ... 43

3.1.1.5 Tahap Penyelesaian... 46

(12)

Diagram 1 : Diagram Plot Kafka Tamura ... 48

3.1.2 Sinopsis Cerita tentang Satoru Nakata... 50

3.1.2.1 Tahap Penyituasian ... 53

3.1.2.2 Tahap Pemunculan Konflik ... 57

3.1.2.3 Tahap Peningkatan Konflik ... 58

3.1.2.4 Tahap Klimaks ... 64

3.1.2.5 Tahap Penyelesaian Akhir ... 66

3.1.2.6 Diagaram Plot Satoru Nakata ... 68

Diagram 2 : Diagram plot Satoru Nakata ... 68

3.1.3 Pembedaan Plot dalam novel Umibe no Kafuka ... 70

3.1.3.1 Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Waktu ... 71

Diagram 3 : Diagram alur novel Umibe no Kafuka ... 71

3.1.3.2 Pembedaan Plot Berdasarkan Jumlah ... 75

3.2 Penokohan dalam Novel Umibe no Kafuka (海辺 ) ... 76

1. Kafka Tamura ... 78

2. Satoru Nakata ... 88

3. Nona Saeki ... 94

4. Sakura ... 100

5. Oshima ... 105

6. Hoshino ... 110

7. Tuan Togeguchi ... 116

8. Tuan Hagita ... 118

9. Setsuko Okamachi ... 119

10. Dokter Juichi Nakazawa ... 121

(13)

12. Sada ... 124

13. Johnnie Walker / Koichi Tamura ... 125

14. Kolonel Sanders ... 126

BAB IV ... 129

SIMPULAN ... 129

4.1. Simpulan ... 129

4.1.1 Alur dan Pengaluran dalam Novel Umibe no Kafuka ... 129

4.1.2 Tokoh dan Penokohan dalam Novel Umibe no Kafuka ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(14)

DAFTAR BAGAN

Diagram 1 plot Kafka Tamura ...46

Diagram 2 plot Satoru Nakata ...64

(15)

DAFTAR SINGKATAN

P : Penyesuaian

PK 1 : Pemunculan Konflik PK II : Peningkatan Konflik

K : Klimaks

(16)

INTISARI

Handayani, Novi. 2017. “Pengaluran dan Penokohan dalam Novel Umibe no Kafuka Karya Haruki Murakami”. Skripsi Progam Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.

Penelitian ini membahas tentang pengaluran dan penokohan dalam novel

Umibe no Kafuka yang diterbitkan pada tahun 2002. Objek penelitian ini adalah pengaluran dan penokohan dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

Novel Umibe no Kafuka memiliki dua alur berbeda dalam satu cerita. Menceritakan tentang dua tokoh penting Kafka Tamura dan Satoru Nakata. Kedua alur tersebut tampaknya berdiri sendiri dan tidak saling berhubungan. Tetapi keduanya ternyata saling tumpah tindih membentuk sebuah cerita yang utuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaluran dan penokohan dalam novel tersebut. Dalam menganalisis alur, peneliti menggunakan tahapan plot yang dikemukakan oleh Tasrif dalam buku Kajian Fiksi yang membedakan plot menjadi lima bagian. (1) tahap penyituasian, (2) tahap pemunculan konflik, (3) tahap peningkatan konflik, (4) tahap klimaks, dan (5) tahap penyelesaian akhir. Sedangkan untuk mendeskripsikan penokohan, peneliti menggunakan teori karakterisasi, yaitu metode langsung (showing) dan tidak langsung (telling) dengan buku Metode Karakterisasi Telaah Fiksi oleh Albertine Miderop sebagai referensi.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara kisah milik Kafka Tamura dengan kisah Satoru Nakata. Selain itu ada kesamaan aspek yang melatarbelakangi karakter Kafka Tamura dan Satoru Nakata. Kesamaan tersebut adalah rasa sakit (trauma) yang dialami oleh Kafka Tamura dan Satoru Nakata yang memicu adanya sikap pertahanan diri.

(17)

ABSTRACT

Handayani, Novi. 2017. “Plotting and Characterization in Novel Umibe no Kafuka by Haruki Murakami”. Thesis of Japanese Department Study Program, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Semarang.

This research focuses on plotting and characterization in the novel Umibe no Kafuka which was published in 2002. The research object is the plotting and characterization in the novel Umibe no Kafuka by Haruki Murakami.

Umibe no Kafuka has two different plots in one story. Each telling about two important characters Kafka Tamura and Satoru Nakata, both plots seem independent and not associated to each other. Nevertheless, the two plots overlap forming one whole story frame. This research aims to describe the plotting and characterization in the novel. To analyze the plot, the method used is plotting stage by Tasrif in the book of Kajian Fiksi (Fiction Study) which divides plot into five main parts: 1) Setting-up stage, 2) Emergence of conflict stage, 3) Escalation of conflict stage, 4) Climax stage, and 5) Resolution stage. Meanwhile, to describe the characterization aspect, the researcher used characterization theory: direct method (showing) and indirect method (telling) as written in Metode Karakterisasi Telaah Fiksi (Fiction Characterization Analysis Method) by Albertine Miderop.

This research reveals the association between Kafka Tamura’s story side

and Satoru Nakata’s. In addition to that, there is similar aspect that affects the character of Kafka Tamura as well as Satoru Nakata. That same aspect is the traumatic state suffered by both Tamura and Nakata which trigger the act of self-defense.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Permasalahan

1.1.1 Latar Belakang

Berdasarkan jenisnya, karya sastra dibagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi dan drama. Ketiga karya tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam penyajiannya. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse) (Nurgiyantoro, 1995: 2). Istilah fiksi berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita khayalan. Disebut cerita rekaan karena memang direka oleh pengarang berdasarkan kenyataan yang diimajinasikan. Macam-macam cerita rekaan dalam sastra modern antara lain novel, cerita pendek (cerpen), dan novela (cerita pendek yang panjang). Novel adalah cerkan yang panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Redyanto Noor, 2010: 26-27).

(19)

sebuah novel—yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu— adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud dan menarik untuk dibaca. Unsur yang mempengaruhi novel menjadi menarik adalah pengaluran dan penokohan. Pengaluran dan penokohan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dan sangat berpengaruh dalam sebuah novel. Dengan pengaluran dapat diketahui peristiwa apa yang terjadi dan melalui peristiwa dapat diketahui bagaimana pengarang menggambarkan tokoh-tokoh cerita.

Umibe no Kafuka 海辺 adalah salah satu dari sekian banyak novel Haruki Murakami yang diterbitkan pada tahun 2002. Pada tahun 2005 novel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Kafka on the Shore dan menempati salah satu dari New York Times 10 Best Book of 2005 dan World Fantasy. Pada Januari tahun 2008 novel ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Labirin Asmara Ibu dan Anak. Cetakan kedua terbit dengan judul yang berbeda pada tahun 2011 yaitu Dunia Kafka. Kedua novel tersebut diterjemahkan oleh Th. Dewi Wulansari dan diterbitkan oleh Pustaka Alvabet.

(20)

ayahnya serta untuk mencari ibu dan saudara perempuannya. Dalam perjalanan menuju Shikoku, Kafka bertemu dengan Sakura, gadis berusia tujuh belas tahun yang dia duga kuat sebagai kakaknya. Tidak hanya itu setelah tinggal di Shikoku dan menetap di sebuah perpustakaan keluarga milik Komura, Kafka bertemu dengan perempuan paruh baya, Nona Saeki yang juga Kafka duga sebagai ibunya. Sepanjang perjalanan tersebut, Kafka mulai memikirkan kutukan yang pernah ayahnya katakan saat ia masih kecil. Ayahnya berkata bahwa Kafka Tamura adalah gambaran lain dari sosok Oedipus, Raja Thebes yang mengawini ibu kandungnya. Maka akan datang hari di mana Kafka akan membunuh ayahnya sendiri dan meniduri ibunya.

Plot yang kedua menceritakan tentang Satoru Nakata, lelaki tua yang semasa kecilnya mengalami kecelakaan sehingga membuatnya tidak bisa mengingat apa-apa. Nakata terlahir baru dan kosong. Namun sejak saat itu Nakata bisa berbicara dengan kucing. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Nakata bekerja paruh waktu sebagai penemu kucing yang hilang. Pada suatu kasus, demi menyelamatkan seekor kucing, Nakata membunuh seorang laki-laki misterius. Setelah itu Nakata memutuskan pergi dari tempat tinggalnya menuju kota tempat pelarian Kafka.

(21)

terlihat tidak saling berhubungan, akan tetapi di pertengahan cerita hubungan tersebut mulai tersingkap. Haruki Murakami seolah mengajak pembaca untuk membuka tirai demi tirai cerita. Dengan alasan itulah, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaluran dan Penokohan dalam Novel Umibe no Kafuka Karya Haruki Murakami”.

1.1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaluran dan penokohan dalam novel

Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

1.2Tujuan

Bertolak dari rumusan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alur dan penokohan dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

1.3Ruang Lingkup

(22)

karya Haruki Murakami. Selain dari pada yang telah disebutkan di atas, tidak akan dibahas dalam penelitian ini.

1.4Metode Penelitian

1.4.1 Metode Penyediaan Data

Metode penyediaan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka atau yang disebut juga riset kepustakaan ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. (Zed, 2008 : 3) Objek material dalam penelitian ini adalah novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami. Data yang digunakan berupa kutipan atau teks yang terdapat dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

1.4.2 Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alur dan penokohan. Untuk mendeskripsikan penokohan peneliti menganalisis novel Umibe no Kafuka

(23)

tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action (Pickering dan Hoeper 1981: 27 dalam Minderop, 2011: 6).

Untuk menganalisis alur penulis menggunakan tahapan plot yang dikemukakan oleh Tasrif yang membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. (1) tahap penyituasian, (2) tahap pemunculan konflik, (3) tahap peningkatan konflik, (4) tahap klimaks, dan (5) tahap penyelesaian akhir. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Membaca dengan cermat novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami untuk mengkaji tokoh dan penokohan serta alur

b. Mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terdapat dalam novel

Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami

c. Melakukan analisis alur terhadap peristiwa-peristiwa dalam novel

Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami

d. Melakukan analisis terhadap tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami

e. Menyimpulkan penokohan dan alur yang terdapat dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

1.4.2 Metode Penyajian Data

(24)

ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. (Hamdi & Bahrudin, 2014: 5) Sedangkan penelitian kualitatif bersifat induktif. Peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan mucul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. (Hamdi & Bahrudian, 2014: 9)

1.5 Manfaat

(25)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang penelitian. Bab ini terdiri dari enam subbab yaitu latar belakang dan permasalahan, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, manfaat dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. Tinjauan pustaka berupa tinjuan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan objek yang penulis teliti. Kerangka teori berupa teori-teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

Bab 3 Pembahasan. Bab ini memaparkan tentang pembahasan penelitian yang penulis lakukan, yaitu tokoh dan penokohan serta alur yang terdapat dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis memilih novel Jepang yang berjudul Umibe no Kafuka (海辺 ) untuk dianalisis mengenai pengaluran dan penokohan. Sepengetahuan penulis, penelitian yang mengambil objek material berupa novel

Umibe no Kafuka sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sang Kinanti Bhayangkari dari Universitas Airlangga dengan judul “Simbolisasi pada Tokoh Nakata dalam Novel Umibe No Kafuka Karya Haruki Murakami”. Dalam skripsinya, Bhayangkari menganalisis peran Nakata

serta menganalisis makna setiap simbolisasi dari cerita yang berpusat pada tokoh Nakata.

Novel tersebut juga sudah diteliti oleh Lola Melissa dari Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Pesan Moral dalam Novel Kafka on the Shore Karya Haruki Murakami (Melalui Pendekatan Psikologi Sosial)”. Dalam skripsinya, Melissa membahas pesan moral yang terkandung dalam novel Kafka on the Shore dan bagaimana penyampaian pesan moral dalam novel tersebut.

(27)

Handayani dan Muhammad Fuad Munaris dari Universitas Lampung 2013 dengan judul “Pengaluran dan Penokohan Novel Sepatu Dahlan Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Dalam Jurnal tersebut Handayani dan Munaris membahas bagaimana pengaluran dan penokohan yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan.

Penelitian lain yang juga menganalisis tentang alur yaitu skripsi Rizki Amalia Rusvitasari dari Universitas Lampung (2016) berjudul “Alur dalam Novel

Catching Star Fira Basuki dan Rancangan Pembelajarannya untuk SMA”.

Rusvitasari dalam skripsinya membahas bagaimana alur dalam novel Catching Star Fira Basuki dan rancangan pembelajarannya untuk SMA.

Berdasarkan ketiga skripsi dan satu jurnal yang telah diuraikan di atas, penulis menemukan persamaan dan perbedaan terhadap penelitian yang penulis lakukan. Dalam skripsi yang ditulis oleh Sang Kinanti Bhayangkari, objek material yang digunakan sama-sama novel Umibe no Kafuka namun dengan objek formal yang berbeda. Sang Kinanti Bhayangkari mencoba menguraikan peran Nakata dan menganalisis setiap simbol dari cerita yang berhubungan dengan Nakata. Sedangkan dalam penelitian ini penokohan yang dianalisis tidak berpusat pada Nakata saja.

(28)

Selanjutnya dalam jurnal yang ditulis oleh Reny Handayani dan Muhammad Fuad Munaris penulis menemukan perbedaan pada objek material yang dikaji. Begitu juga dengan skripsi yang ditulis oleh Rizki Amelia Rusvitasari, penulis menemukan perbedaan pada objek material yang dikaji. Baik dari jurnal dan skripsi di atas penulis sama-sama menemukan persamaan objek formal dengan yang penulis teliti. Hanya saja dalam skripsi Rizki Amelia Rusvitasari tidak menganalisis penokohan dalam objek yang dia teliti.

Dari pemaparan singkat tentang empat penelitian yang dilakukan oleh Bhayangkari, Melisa, Handayani dan Munaris, dan Rusvitasari, keempatnya memiliki keterkaitan dengan proposal skripsi ini. Namun pada penelitian ini, penulis berfokus pada analisis pengaluran dan penokohan dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Alur dan Pengaluran

(29)

analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya.

Dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Fiction, Stanton menyebutkan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. (1965: 14) Menurut Forster (1970 (1927): 93) plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Sedangkan menurut Kenny (1966: 14) plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Nurgiyantoro (2002: 113) menyebut bahwa penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan.

2.2.1.1 Penahapan Plot

(30)

dari tahap awal (beginning) tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end) (Abrams, 1981: 138).

Selain rincian tahapan plot seperti di atas, ada tahapan lain yang dikemukakan orang dan terlihat lebih rinci. Rincian yang dimaksud adalah yang dikemukakan oleh Tasrif (dalam Mochtar Lubis, 1978: 10; mungkin dengan mendasarkan diri pada pendapat Richard Summers) yaitu yang membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyituasian

Tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi antar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama, berfungsi untuk melandas tumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2. Tahap Pemunculan Konflik

Tahap pemunculan konflik adalah saat masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

3. Tahap Peningkatan Konflik

(31)

yang menjadi inti cerita semakin mencengkam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari.

4. Tahap Klimaks

Konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

5. Tahap Penyelesaian

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.

2.2.1.2 Cara Menentukan Plot

(32)

teks yang membentuk hubungan keterkaitan yang berada pada cerita inti. Sekuen sendiri berasal dari urutan potongan-potongan cerita yang diwujudkan melalui tahapan-tahapan dalam perkembangan cerita.

Dalam menentukan sekuen, perlu diperhatikan dua kriteria, yaitu: (1) harus berpusat pada satu titik fokus, yang memiliki pengamatan terhadap satu atau objek yang sama atau satu pandangan yang sama terhadap objek yang berbeda-beda dan (2) sekuen harus membentuk koherensi waktu dan ruang, peristiwa terjadi pada tempat dalam satu periode kehidupan seseorang, atau kejadian-kejadian yang memiliki kesamaan ide (Schmitt & Viala, 1982: 27).

Berdasarkan hubungan antarsekuen tersebut, Barthes (1981: 15-16) mengemukakan bahwa ada dua fungsi sekuen, yaitu fonction cardinale (fungsi utama) dan fonction catalyse (fungsi katalisator). Satuan-satuan yang memiliki fungsi utama dihubungkan berdasarkan hubungan sebab-akibat atau hubungan logis. Fungsi inilah yang memiliki peran utama dalam mengarahkan jalan cerita. Satuan katalisator berfungsi menghubungkan cerita yang lain, mempercepat, memperlambat, melanjutkan kembali, merangkum, mengantisipasi, dan kadang-kadang membingungkan pembaca. Oleh sebab itu perlu diperhatikan faktor pengembangan alur.

(33)

1. Plausibilitas

Plausibilitas menyaran pada pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita. Plot sebuah cerita haruslah memiliki sifat plausibel, dapat dipercaya oleh pembaca. Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat diimajinasi (imaginable) dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi (Stanton, 1965: 13).

2. Tegangan (Suspense)

Suspense menyaran pada adanya perasaan semacam kurang pasti terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang diberi rasa simpati oleh pembaca (Abrams, 1981: 138). Atau, menyaran pada adanya harapan yang belum pasti pada pembaca terhadap akhir sebuah cerita (Kenny, 1966: 21). Unsur suspense, bagaimanapun, akan mendorong, menggelitik, dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita, mencari jawab rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita.

3. Kejutan (Surprise)

(34)

penokohan-perwatakan, cara berpikir-berasa-bereaksi para tokoh cerita, cara pengucapan dan gaya bahasa dan sebagainya.

4. Kesatupaduan

Kesatupaduan menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan yang mengandung konflik, atau seluruh pengalaman kehidupan yang hendak dikomunikasikan, memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Ada benang-benang merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita tersebut sehingga seluruhnya dapat terasakan sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.

2.2.1.3. Diagram Struktur Plot

(35)

Gambar 1 Diagram Jonas

Diagram di atas menggambarkan perkembangan plot yang runut dan kronologis. Jadi, ia sesuai dengan tahap-tahap plotting secara teoritis-konvensional itu. Pada kenyataannya, plot cerita sebuah karya fiksi, terutama novel, terlebih yang tergolong kontenporer, urutan kejadian yang ditampilkan pada umumnya tidak linear-kronologis, sehingga jika digambarkan, wujud diagramnya pun tidak akan sama dengan yang di atas.

2.2.1.4 Pembedaan Plot

1. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

(36)

tengah, atau akhir teks. Dengan demikian, urutan waktu kejadian ini ada kaitannya dengan tahap-tahap plotting di atas. Oleh karena pengarang memiliki kebebasan kreativitas, ia dapat memanipulasi urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersifat linear-kronologis. Dari sinilah secara teoritis kita dapat membedakan plot ke dalam dua kategori : kronologis dan tidak kronologis. Yang pertama disebut plot lurus, maju, atau dapat juga dinamakan progresif, sedang yang kedua dinamakan sorot balik, mundur, flash-back, atau dapat juga disebut regresif.

Plot Lurus, Progresif. Plot sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks) dan akhir (penyelesaian).

Plot Sorot-balik, Flash-back. Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

(37)

2. Berdasarkan Kriteria Jumlah

Kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita yang terdapat dalam sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah untuk novel (fiksi) yang berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-subplot.

Plot Tunggal. Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya.

Plot Sub-subplot. Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya berupa adanya satu plot utama (main plot) dan plot tambahan (sub-subplot).

2.2.2 Tokoh dan Penokohan

(38)

seperti dikatakan oleh Jones (1968: 33) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita (character) menurut Abrams (1981: 20) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi dari pada dilihat secara fisik.

Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik pewujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

2.2.2.1 Pembedaan Tokoh

(39)

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus, misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal.

1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan sekali atau berapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita, sedang yang kedua adalah tokoh tambahan.

Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian atau konflik, penting yang memengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

(40)

merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis, 1966: 59).

Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis barangkali dapat disebut, beroposisi dengan tokoh protagonis.

Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya yang disebabkan oleh tokoh antagonis seorang. Ia dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang di luar individualitas seseorang, misalnya bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam dan sosial, aturan-aturan sosial, nilai-nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi dan sebagainya. Penyebab konflik yang tidak dilakukan oleh seorang tokoh disebut sebagai kekuatan antagonistis.

3. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

(41)

Tokoh bulat, kompleks, berbeda halnya dengan tokoh sederhana, adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam. Bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia sering juga memberikan kejutan (Abrams, 1981: 20-1)

4. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis, tidak berkembang dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Alternbernd & Lewis, 1966:58). Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita.

(42)

5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap (sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya (Altenbernd & Lewis, 1966: 60) atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili.

Di pihak lain, tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir semata-mata hanya demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.

2.2.2.2 Teknik Pelukisan Tokoh

Dalam menyajikan dan menentukan karakter (watak) para tokoh, pada umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya. Pertama metode langsung (telling) dan kedua metode tidak langsung (showing). Metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang (Pickering dan Hoeper, 1981: 27).

(43)

tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action

(Pickering dan Hoeper, 1981:27)

Masalah penokohan dalam sebuah karya tidak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan.

Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya—atau lengkapnya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh—dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik uraian dan teknik ragaan (Abrams, 1981: 21) atau teknik penjelasan, ekspositori, dan teknik dramatik (Altenbernd & Lewis, 1966: 56) atau teknik diskursif, dramatik, dan kontekstual (Kenny, 1966: 34-6).

1. Teknik Ekspositori

(44)

2. Teknik Dramatik

Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Teknik Cakapan

Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Memang tidak semua percakapan mencerminkan kedirian tokoh. Setidaknya itu sulit untuk ditafsirkan. Percakapan yang baik menunjukkan perkembangan plot sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya.

b. Teknik Tingkah Laku

(45)

Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya jua. Bahkan, pada hakikatnya, “tingkah laku” pikiran dan

perasaanlah yang kemudian diejawantahkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal.

d. Teknik Arus Kesadaran

Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams, 1981: 187)

e. Teknik Reaksi Tokoh

Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain, dan sebagainya yang berupa „rangsang‟ dari luar tokoh yang

bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.

f. Teknik Reaksi Tokoh Lain

(46)

lain-lain. Pendek kata: penilaian kedirian tokoh cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya.

g. Teknik Penulisan Latar

Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih memperkuat sifat kedirian tokoh seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik yang lain. Keadaan latar tertentu, memang dapat menimbulkan kesan yang tertentu pula di pihak pembaca.

h. Teknik Pelukisan Fisik

(47)

BAB III

ANALISIS PENGALURAN DAN PENOKOHAN NOVEL

UMIBE NO KAFUKA KARYA HARUKI MURAKAMI

3.1 Pengaluran dalam Novel Umibe no Kafuka

Novel Umibe no Kafuka terdiri dari 49 bab tanpa judul dan dua bab dengan judul Bocah Laki-laki Bernama Gagak ( ). Jika

dijumlahkan total bab dalam novel Umibe no Kafuka sebanyak 51 bab. 25 bab berisi tentang pelarian Kafka Tamura dan 24 bab berisi tentang petualangan Satoru Nakata. Dua bab lainnya berisi tentang Bocah Bernama Gagak. Setiap peristiwa yang diceritakan saling berkaitan. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami pembahasan mengenai alur dan pengaluran ini maka penulis akan memisahkan bab tentang Kafka Tamura dengan bab tentang Satoru Nakata.

3.1.1 Sinopsis Cerita tentang Kafka Tamura

Pertama-tama penulis akan membahas tentang Kafka Tamura. Kafka Tamura diceritakan sebanyak 25 bab dalam novel Umibe no Kafuka. Berikut adalah sinopsisnya:

(48)

membunuh ayahnya sendiri dan meniduri ibu kandung serta kakak perempuannya. Di tengah perjalanan menuju Shikoku, Kafka bertemu dengan Sakura, gadis berusia tujuh belas tahun yang bekerja sebagai penata rambut. Entah mengapa Sakura mengingatkan Kafka kepada kakak perempuannya. Dari situ Kafka mulai menduga bahwa Sakura adalah kakak perempuannya yang diajak ibunya pergi meninggalkan Kafka saat Kafka masih balita.

Tiba di Shikoku sebelum Kafka dan Sakura berpisah, Sakura memberikan nomer selularnya kepada Kafka. Jika nanti terjadi sesuatu terhadap Kafka, Sakura berharap agar Kafka tidak sungkan menghubungi Sakura. Kemudian Kafka melanjutkan perjalanan ke Perpustakaan Komura. Di sana dia bertemu dengan Oshima, staf perpustakaan yang nantinya akan banyak membantu dia dalam menghadapi kesulitan. Berhubung hari itu hari Selasa, maka perpustakaan Komura mengadakan tur mengelilingi perpustakaan yang dipandu oleh Nona Saeki. Kafka mengikuti tur tersebut dan untuk pertama kalinya Kafka bertemu dengan Nona Saeki orang yang dia duga sebagai ibunya.

(49)

menghubungi Sakura dan meminta pertolongan karena kembali ke hotel menurutnya bukanlah pilihan yang bagus.

Kafka menginap semalam di tempat Sakura. Keesokan harinya di perpustakaan Komura, Kafka menceritakan apa yang dia alami kepada Oshima bahwa dia tidak mempunyai tempat tinggal. Oshima menawarkan pekerjaan di perpustakaan kepada Kafka, namun Oshima harus membicarakan terlebih dahulu kepada Nona Saeki. Selagi Oshima membereskan hal tersebut dengan Nona Saeki, Kafka tinggal di pegunungan Kochi.

Pada hari ketiga Kafka tinggal di pegunungan Kochi, Oshima datang menjemput dengan membawa kabar gembira bahwa Kafka boleh bekerja di perpustakaan. Oshima kemudian mengantar Kafka pulang ke perpustakaan dan Kafka juga mendapatkan kamar untuk dirinya sendiri. Kafka bisa mulai bekerja keesokan harinya. Kembali ke perpustakaan itu berarti Kafka bisa kembali mengakses informasi yang dia butuhkan dan Kafka menemukan berita tentang kematian ayahnya. Ayahnya telah ditusuk oleh orang yang tidak dikenal. Tanggal kematian ayahnya sama dengan tanggal Kafka menemukan dirinya pingsan dengan keadaan berlumuran darah. Entah bagaimana bisa Kafka merasa bahwa dialah yang membunuh Ayahnya.

(50)

Kafka selalu menantikan kehadiran Nona Saeki muda di kamarnya dan jatuh cinta padanya.

Jatuh cinta dengan Nona Saeki muda mau tidak mau membuat Kafka juga memperhatikan Nona Saeki yang sekarang. Kafka menemukan sebuah fakta bahwa Nona Saeki pernah menulis buku tentang orang yang pernah tersambar petir. Kafka ingat ayahnya juga pernah tersambar petir. Dengan alasan itu dugaan Kafka bahwa Nona Saeki adalah ibunya semakin kuat.

Karena kerap memperhatikan Nona Saeki yang sekarang, Kafka dilanda kebingungan siapa sebenarnya yang dia sukai. Nona Saeki muda yang mendatangi kamarnya atau Nona Saeki versi sekarang yang selalu berada di ruang kerjanya. Namun pada akhirnya Kafka menyatakan cintanya kepada Nona Saeki yang sekarang yang bisa dia ajak untuk berkomunikasi. Mulanya Nona Saeki ragu terhadap perasaan Kafka, namun setelah diyakinkan oleh Kafka bahwa rasa cintanya untuk Nona Saeki adalah hal yang nyata, Nona Saeki pun membuka hatinya.

(51)

dan dia ingin menghilang dari kehidupan ini dan mencoba untuk masuk ke dalam dunia paralel melalui pintu masuk.

3.1.1.1 Tahap Penyituasian

Cerita ini diawali dengan kepergian Kafka Tamura dari rumahnya menuju Shikoku. Alasan Kafka memilih Shikoku sebagai tempat pelariannya dikarenakan dia menghindari tempat yang dingin. Jika dia memilih tempat yang dingin semakin banyak barang yang harus dia kemas. Dengan memilih Shikoku dia bisa berpergian dengan barang yang lebih sedikit.

Dalam perjalanan menuju Shikoku Kafka bertemu dengan Sakura di tempat pemberhentian bus sementara. Mereka berbincang-bincang sebentar dan akhirnya ketika mereka tiba di tempat tujuan, Sakura memberikan nomer ponselnya kepada Kafka. Setelah itu Kafka melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan Komura dan di sana dia bertemu dengan Nona Saeki untuk pertama kalinya. Nona Saeki adalah orang yang memberikan tur yang diikuti oleh Kafka. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan di bawah ini:

時計 2時 指 僕 本 中断

立 あ 建物 ー 参加 案内 伯 いう人 40 代半 い 見え 瘦 女性 (Murakami ( 巻), 2002: 80)

Tokei ga 2-ji o sasu to, boku wa hon o yomu no o chūdan

shite sofa kara tachiagari, tatemono no tsu~ā ni sanka suru.

(52)

Pukul dua siang, aku meletakkan bukuku, kemudian bangkit dari sofa untuk mengikuti tur keliling gedung. Nona Saeki yang memimpin tur tersebut adalah seorang wanita bertubuh langsing yang aku kira berusia sekitar empat puluhan. (Murakami, 2005: 47)

Kepergian Kafka ke Shikoku dan pertemuan Kafka dengan Sakura dan Nona Saeki adalah tahap pengenalan tokoh. Karena peristiwa tersebut mengenalkan situasi dan tokoh-tokoh cerita. Selain itu juga menjadi pondasi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.

3.1.1.2 Tahap Pemunculan Konflik

Pada tahap ini cerita dilanjutkan saat Kafka terbangun di semak-semak dengan tubuh berlumuran darah. Kafka yang merasa telah berbuat sesuatu yang salah langsung memutuskan untuk tidak kembali ke hotel tempat dia menginap. Setelah itu dia meminta pertolongan kepada Sakura. Di tempat Sakura, Kafka hanya menginap selama satu malam. Keesokan harinya di perpustakaan Komura, Kafka menceritakan masalahnya kepada Oshima. Masalah di mana Kafka tidak mempunyai tempat untuk tinggal dan ia membutuhkan uang untuk keberlangsungan hidupnya.

(53)

緊急 い 山

rareru to omoushi, sore kurai no shokury hin wa y i shite

aru.

“Kecuali kondisinya mendesak, aku tidak akan mendatangi gunung ini. Jaraknya terlalu jauh dari rumah mana pun.

(Murakami ( 巻), 2002: 241-242)

`Kono yama wa motomoto sofu no shoyū-monodatta. Sofu

wa K chi no shisan-ka de, takusan no tochi ya zaisan o soreni wa zuibun okane o ga kakaru'

(54)

ini untuk menebang pohon-pohonnya, kau harus membayar orang dan biayanya terlalu besar.” (Murakami, 2005: 145)

Kafka menghabiskan waktu selama tiga hari di pegunungan Kochi sebelum dijemput oleh Oshima. Oshima juga membawa kabar bahwa Nona Saeki telah setuju apabila Kafka akan bekerja di perpustakaan. Setelah itu Oshima mengantarkan Kafka ke perpustakaan Komura. Di sana Kafka mendapatkan kamar yang tidak dipakai dan dia boleh menggunakannya. Keesokan harinya Kafka secara resmi mulai bekerja di perpustakaan Komura sebagai asisten Oshima. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

僕 考え 言う 僕 屋根 あ (Murakami ( 巻), 2002: 329-330)

Boku wa shibaraku kangaeru. Soshite iu,`boku wa yane no

aru tokoro ni netomari shitakatta. Sore dakedesu. Soreij

wa ima wa umaku kangae rarenai. Toshokan no ichibu ni

naru to iu no ga d iu kotona no ka, boku ni wa yoku

wakaranai. Demo moshi ano toshokan ni sumawa sete moraeru nonara, totemo arigatai to omoimasu. Densha ni

notte totte kuru hitsuy mo nakunarushi'

`Jā kimarida' to shima-san wa iu. `Boku wa ima kara kimi o toshokan ni tsureteiku. Soshite kimi wa toshokan no ichibu ni naru'

(55)

menjadi bagian dari perpustakaan, tapi bila itu berarti aku dapat tinggal di sini, aku sangat senang. Paling tidak aku tidak harus melakukan perjalanan setiap hari.”

“Kalau begitu beres,” kata Oshima. “Mari kita ke perpustakaan supaya kau bisa menjadi bagiannya.” (Murakami, 2005: 198)

3.1.1.3 Tahap Peningkatan Konflik

Tahap peningkatan konflik ini terjadi saat Kafka Tamura membaca berita tentang kematian ayahnya. Kafka mulai menyambungkan potongan-potongan cerita di mana ia terbangun dengan kondisi berlumuran darah dengan kematian Ayahnya ditusuk orang yang sampai sekarang belum diketahui siapa pelakunya. Kafka mulai memiliki teori di benaknya, bahwa yang membunuh ayahnya adalah dirinya sendiri. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

血 僕 誰 価

わ い 僕 思い

い 僕 言う ー

僕 手 い 父 殺

い 気 僕

日東京 戻 い 大島 言う う

高 い 夢 中

責任 始 う

ー 詩 大島 言う (Murakami (

巻), 2002: 431)

`Sono chi o boku ga doko de tsukete kita no ka, sore ga dare no ataina no ka, mattaku wakaranai. Boku ni wa nani

mo omoidasenai' to boku wa iu. `Demo ne, metafā toka

(56)

shima-san ga iu y ni zutto Takamatsu ni ita. Sore wa tashikada yo. Demo yumenonakade sekinin ga

hajimaru,-s da ne?'

`Iētsu no utada' to shima-san ga iu.

“Aku tidak tahu bagaimana tubuhku bisa berlumuran darah, atau darah siapakah itu. Benar-benar kosong,” aku berkata padanya. “Mungkin aku memang membunuh ayahku dengan tanganku sendiri, bukan sekedar kiasan. Aku merasa, aku memang telah membunuhnya. Seperti katamu, hari itu aku ada di Takamatsu—sudah pasti aku tidak pergi ke Tokyo. Tapi tanggung jawab di mulai dari mimpi kan?” Oshima mengangguk. “Ya.” (Murakami, 2005: 258)

Konflik lain yang juga muncul adalah di mana seorang gadis muda berusia lima belas tahun sering mengunjungi kamar Kafka pada waktu dini hari. Mulanya Kafka mengira gadis itu adalah sesosok hantu. Namun dia akhirnya menyadari bahwa gadis itu adalah Nona Saeki sewaktu muda. Kemunculan Nona Saeki muda yang awalnya membuat Kafka takut berganti menjadi antusiasme. Kafka selalu menunggu Nona Saeki muncul. Kemudian dia menemukan dirinya telah jatuh cinta dengan Nona Saeki muda.

(57)

menikah dan lahirlah Kafka. Kafka sangat yakin bahwa Nona Saeki adalah ibunya. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

伯 僕 あ いう 能性 い

`Saeki-san ga boku no okāsandearu to iu kan sei wanai ka na?' To boku wa iu.

atte kekkon shi, medetaku kimi o shussan shi, sono 4-nen

-go ni nanrakano jij ga atte kimi o okizari ni shite ie o dete, sono ato shibashi misuteriasuna kūhaku ga ari, shikaru no ni futatabi furusato no Shikoku ni kaettekita to iu koto ni

naru no ka na'

`S '

“Apa mungkin Nona Saeki … adalah ibuku?”

(58)

Akhirnya di bicara. “Jadi, yang kau maksud, saat berusia dua puluh tahun, Nona Saeki meninggalkan Takamatsu dengan rasa putus asa lalu tinggal sendirian di suatu tempat di mana secara kebetulan dia bertemu ayahmu, Koichi Tamura, lantas menikah. Mereka memiliki engkau dan, empat tahun kemudian, terjadi sesuatu kemudian dia melarikan diri, meninggalkanmu. Setelah itu ada kekosongan yang misterius, dan dia muncul kembali di Shikoku. Apa benar begitu?”

“Ya.” (Murakami, 2005: 311)

Keadaan mulai tidak aman untuk Kafka saat seorang detektif mulai datang ke perpustakaan Komura, untuk menanyakan keberadaannya. Detektif tersebut merasa bahwa Kafka memiliki jawaban atas kasus kematian yang menimpa Koichi Komura. Di lain pihak, semakin lama Kafka memperhatikan Nona Saeki semakin membuatnya tertarik dengan Nona Saeki yang sekarang. Kafka dilanda kebingungan siapa sebenarnya yang dia sukai. Nona Saeki sewaktu muda yang mengunjunginya pada dini hari atau Nona Saeki yang sekarang yang selalu berada di ruang kerjanya.

Pada akhirnya Kafka membuat gerakan dengan menyatakan cintanya kepada Nona Saeki. Dengan gamblang ia menyatakan keinginannya untuk tidur dengan Nona Saeki. Nona Saeki mulanya ragu terhadap perasaan Kafka, namun pada akhirnya dia membuka hatinya untuk Kafka dan mereka tidur bersama. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

(59)

仮 関係 僕 あ 求 い

仮 え (Murakami

( 巻), 2002: 140)

`Kasetsu ni shitagatte, to iu koto?'

`Kasetsu ni wa kankei naku,desu. Boku wa anata o motomete irushi, sore wa sudeni kasetsu o koeta monodesu'

“Maksudmu, dalam teorimu itu kau menginginkan aku.”

“Tidak, tidak dalam teori. Saya menginginkan Anda, dan itu di luar teori mana pun.” (Murakami, 2005: 371)

Setelah itu Kafka mulai mencari kebenaran tentang siapa Nona Saeki sebenarnya. Dia bertanya dengan Nona Saeki apakah dia ibunya. Kafka juga bercerita tentang ayahnya yang tersambar petir sehingga terlihat ada kaitan antara Nona Saeki dengan ayahnya. Namun Nona Saeki menjawab tidak tahu mengenai Ayah Kafka terlalu cepat dan Kafka menyimpulkan bahwa Nona Saeki berbohong. Tidak ada orang yang menjawab terlalu cepat untuk pertanyaan yang terjadi belasan tahun yang lalu dan Nona Saeki melakukannya. Kafka semakin yakin bahwa Nona Saeki adalah ibunya.

(60)

Selama Kafka tinggal di pegunungan Kochi, Kafka mencoba untuk menjelajahi hutan seorang diri. Sembari mengingat pesan Oshima yang mengharuskannya berhati-hati apabila masuk ke dalam hutan. Oshima bercerita bahwa di hutan tersebut pernah ada dua tentara yang menghilang selama latihan dan tidak pernah ditemukan sampai sekarang. Pada malam harinya Kafka bermimpi tidur dengan Sakura. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

夜 い 深い時 時計 え 失

わ う時 僕 立

(Murakami ( 巻), 2002: 307)

Tabun yoru no ichiban fukai jikokuda. Tokei sae doko ka ni ushinawa rete shimau jikokuda. Boku wa sakura no beddo yoko ni tatsu.

Di malam yang sangat larut ini, bahkan jam pun ditelan kegelapan. Aku berdiri di sisi tempat tidur Sakura. (Murakami, 2005: 467)

3.1.1.4 Tahap Klimaks

(61)

kembali ke pondok atau tidak ingin kembali ke kehidupan nyata. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

今度 準 え 森 入 ,

水筒 非常用 食料 軍手道具入 中 見 黄

色い ー 型 鉈 (Murakami (

巻), 2002: 339)

Kondo wa junbi o to toete mori ni hairu. Konpasu to naifu,

suit to hij -y no shokury , gunte d gu-ire no naka de

mitsuketa kiiroi supurē. Peinto to kogata no nata.

Kali ini ketika masuk hutan, aku sudah melengkapi diriku dengan segala sesuatu yang aku perlukan: kompas, pisau, tempat minum, sedikit makanan untuk keadaan darurat, sarung tangan, sekaleng cat semprot warna kuning, dan kapak kayu yang pernah aku gunakan. (Murakami, 2005: 487)

人 兵隊 僕 前 姿 見 (Murakami

( 巻), 2002: 381)

Yagate futari no heitai ga boku no mae ni sugata o miseru.

Tidak lama setelah itu, muncullah kedua prajurit itu. (Murakami, 2005: 510)

(62)

menjaga pintu masuk. Kebetulan pintu masuk tersebut sedang terbuka. Mereka menawari Kafka apakah ia bermaksud untuk masuk ke dalam pintu masuk tersebut.

Tidak berpikir dua kali, Kafka langsung mengikuti kedua tentara tersebut menuju pintu masuk. Dengan memasuki pintu masuk, Kafka diantarkan ke sebuah lembah di dalam hutan. Di sana ada bangunan-bangunan kecil dan Kafka diberikan sebuah rumah mungil dengan perlengkapan yang memadai. Walaupun tidak ada yang baru tapi semua barang-barangnya bersih dan terawat. Di sana Kafka bertemu dengan Nona Saeki yang berumur lima belas tahun yang tiap malam datang ke kamarnya. Namun bedanya Nona Saeki yang berumur lima belas tahun ini bisa berkomunikasi dengannya tidak seperti yang datang ke kamarnya dan hanya memandangi lukisan Kafka di Tepi Pantai. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

所 女 料理 い 背中

鍋 ー 味見 い

僕 開 顔 あ 振

村 書館 夜僕 部屋 訪 壁 見

い 女 う 15 伯

(Murakami ( 巻), 2002: 425)

Daidokorode wa hitori no sh jo ga ry ri o tsukutte iru. Senaka o mukete nabe no ue ni kagami komi, supūn de

ajimi o shite itaga, boku ga doa o akeru to kao o age,

kochira o furi muku. K mura toshokan de maiyo bokunoheya o otozure, kabe no e o mitsumete ita sh joda. S , 15-sai no toki no Saeki-sanda.

(63)

wajahnya lalu menoleh. Ternyata dia. Gadis yang sama yang mendatangi kamarku di perpustakaan dan memandangi lukisan di dinding. Nona Saeki ketika berusia lima belas tahun. (Murakami, 2005: 536)

3.1.1.5 Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian akhir terjadi saat Nona Saeki yang sebenarnya mendatangi Kafka dan mengatakan bahwa dia sudah tidak hidup lagi di dunia nyata. Ia meninggalkan warisan lukisan Kafka di Tepi Pantai untuk Kafka. Kemudian Nona Saeki memerintahkan Kafka untuk pergi dari tempat itu secepatnya selagi pintu masuk masih terbuka. Nona Saeki ingin Kafka menjalani kehidupan yang sebenarnya. Setelah Nona Saeki pergi, Kafka segera berkemas dan meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke pondok. Terlihat dalam kutipan di bawah ini:

大 " 伯 静 声

言う "遅 いう 出 い 森

抜 出 い 生活 戻

入 う 閉 う う

約束 (Murakami ( 巻), 2002: 466)

`Mazu nani yori mo daijina koto" to Saeki-san wa shizukana koe de iu." Osoku naranai uchi ni koko o de nasai. Mori o nukete, koko kara dete itte, moto no seikatsu

ni modoru no yo. Iriguchi wa son chi ni mata tojite shimaukara. S suru tte yakusoku shite'

(64)

Keesokan harinya Kafka dijemput Sada untuk kembali ke perpustakaan Komura. Di perpustakaan, Kafka bertemu dengan Oshima dan Oshima memberitahukan bahwa Nona Saeki telah meninggal dunia. Kafka mengambil lukisan yang menjadi warisannya dan kembali ke Tokyo. Kafka berencana untuk melaporkan diri ke polisi terlebih dahulu agar masalah kematian ayahnya selesai dan dia akan kembali melanjutkan sekolah. Cerita Kafka berakhir. Dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

君 う 題 大島

質問

東京 戻 う 思い 僕 言う 東京 戻 う

警察 2行 情 明

う い 警察 逃 わ

学校 戻 思い (Murakami ( 巻), 2002: 518)

`Kimi wa korekara d suru tsumori nandai?' To shima -san wa shitsumon suru.

`T ky ni modorou to omoimasu' to boku wa iu. `T ky ni modotte d suru?'

`Mazu keisatsu 2 okonatte, kore made no jij o setsumei

shimasu.-S shinaito korekara saki zutto keisatsu kara nige

mawaru koto ni narukara. Soshite tabun gakk ni modoru

koto ni naru to omoimasu..'

“Apa rencanamu sekarang?” Oshima bertanya. “Aku akan kembali ke Tokyo,” jawabku. “Apa yang akan kau lakukan di sana?”

(65)

Setelah itu kemungkinan besar aku akan kembali sekolah.” (Murakami, 2005: 591)

3.1.1.6 Diagram Plot Kafka Tamura

Diagram 1 : Diagram Plot Kafka Tamura Keterangan :

Sumbu X : Bab cerita tentang Kafka Tamura

Sumbu Y : Intensitas Konflik dalam cerita Kafka Tamura : Diagram Alur Kronologis

P : Penyituasian

PK I : Pemunculan Konflik PK II : Peningkatan Konflik K : Klimaks

PA : Penyelesaian Akhir

(66)

Kafka Tamura diawali dengan klimaks pada bab 1 yaitu ketika Kafka pergi meninggalkan rumahnya di daerah Nakano. Kemudian dilanjutkan dengan tahap penyituasian di bab 3, 5, dan bab 7. Di tahap penyituasian ini Kafka mulai menjalani kehidupan sebagai seorang pelarian.

Konflik dihadirkan pengarang di bab 9 saat Kafka terbangun dengan keadaan berlumuran darah. Kemudian kadar intensitas konflik tersebut terus ditingkatkan di bab 11, 13, 15, 17, 19. Kafka yang mulanya hidup dengan tenang di penginapan sebelum kejadian itu harus menyembunyikan dengan meminta bantuan Sakura dan Oshima. Kafka juga sempat tinggal di hutan selama beberapa hari sebelum dia bekerja di perpustakaan Komura.

Titik puncak konflik terlihat pada bab 21 dengan adanya kabar kematian Koichi Tamura. Kafka bisa menebak bahwa dialah yang membunuh ayahnya di malam saat dia berlumuran darah. Pada bab 23, 25, 27, 29, 31 dan bab 33 terjadi konflik internal pada diri Kafka yang semakin terus dinaikkan kadar intensitasnya oleh pengarang. Konflik internal tersebut adalah Kafka menyukai Nona Saeki yang dia duga sebagai ibu kandungnya sendiri.

(67)

Klimaks terjadi di bab 41 saat Kafka menyadari bahwa semua kutukan ayahnya telah menjadi kenyataan. Oleh karena itu Kafka muak dengan dirinya sendiri dan dia berniat untuk kabur dari kehidupan nyata. Kafka masuk ke hutan dan tidak ingin kembali lagi. Bab 43 Kafka masuk ke sebuah kehidupan di dimensi lain dengan melalui pintu masuk. Bab 45 Kafka mulai membiasakan diri dengan kehidupan di tempat baru tersebut.

Kemudian pada bab 47 pemecahan masalah dimunculkan. Nona Saeki mendatangi Kafka dan menyuruh Kafka untuk meninggalkan tempat tersebut. Kafka harus tinggal di dunia sebenarnya. Penyelesaian akhir di bab 49 ketika Kafka sudah kembali ke kehidupan nyata dan Kafka kembali pulang ke Tokyo untuk melanjutkan pendidikannya.

3.1.2 Sinopsis Cerita tentang Satoru Nakata

Satoru Nakata diceritakan sebanyak 24 bab di dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami. Berikut merupakan sinopsis yang menceritakan tentang Satoru Nakata.

(68)

mengenali orang sekitar dan kemampuan untuk belajar. Nakata terlahir baru dan kosong. Nakata yang awalnya sebelum kecelakan merupakan murid yang pandai berubah menjadi bodoh. Namun sejak itu ia memiliki kemampuan untuk berbicara dengan kucing.

Dengan kemampuannya berbicara dengan kucing, Nakata mendapatkan pekerjaan untuk mencari kucing yang hilang. Kali ini Nakata mendapatkan pekerjaan untuk mencari kucing torti bernama Goma. Dari pembicaraannya dengan kucing bernama Mimi dan Kawamura, Nakata mendapatkan lokasi terakhir Goma terlihat yaitu di sebuah ladang yang ditumbuhi rumput-rumput tinggi. Kemudian Nakata banyak menghabiskan waktu di tempat tersebut, siapa tahu Goma akan kembali memperlihatkan dirinya. Pada hari ketujuh Nakata berada di situ, muncul anjing hitam besar yang menyuruh Nakata untuk mengikutinya.

(69)

Setelah membunuh Johnnie Walker, Nakata pergi ke kantor polisi untuk mengakui kesalahannya telah menghilangkan nyawa orang lain. Namun polisi yang sedang bertugas saat itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nakata. Menurutnya, Nakata bukan tipikal orang yang bisa membunuh, ditambah Nakata mengaku telah membunuh orang dengan menusukkan pisau. Tusukan pisau tersebut pastinya akan meninggalkan noda darah pada diri Nakata. Namun Nakata terlihat sangat bersih untuk orang yang baru saja membunuh orang lain. Tidak ditanggapi dengan benar oleh polisi, Nakata memutuskan untuk pergi. Sebelumnya Nakata memberikan peringatan bahwa esok akan turun hujan makarel dan sarden dari langit. Setelah itu keesokan harinya Nakata meninggalkan Nakano menuju ke tempat pelarian Kafka. Tentu saja sesuai dengan peringatan Nakata hari itu memang turun hujan makarel dan ikan sarden.

Untuk sampai di tempat pelarian Kafka, Nakata harus bergonti-ganti truk yang mau memberikan dia tumpangan. Mulai dari Tuan Togeguchi, Tuan Hagita dan yang terakhir Hoshino. Hoshino juga yang menemani Nakata mencari batu masuk. Nakata tahu kepergiannya dari Nakano adalah untuk melaksanakan sebuah tugas. Tugas untuk mencari batu masuk dan membukanya serta menemukan Nona Saeki dan menutup kembali batu masuk.

(70)

apartemen yang dipinjamkan oleh Kolonel Sanders. Mereka juga keluar diam-diam untuk menemukan keberadaan Nona Saeki.

Saat akhirnya Nakata bertemu dengan Nona Saeki mereka membicarakan tentang batu masuk dan Nakata juga memberi tahu bahwa Nona Saeki tidak bisa lagi tinggal di dunia ini. Setelah itu Nona Saeki menyerahkan jurnal miliknya kepada Nakata dan meminta tolong Nakata untuk membakarnya. Nona Saeki pun meninggal. Setelah membakar jurnal Nona Saeki, keesokan harinya Nakata juga meninggal dunia, meninggalkan batu masuk yang harus ditutup.

3.1.2.1 Tahap Penyituasian

Cerita novel Umibe no Kafuka yang menceritakan tentang Satoru Nakata diawali dengan arsip wawancara milik Setsuko Okamachi. Arsip tersebut kini disimpan di Arsip Nasional di Washington, DC. Dalam wawancara tersebut Setsuko Okamachi yang merupakan seorang guru SD menceritakan tentang kejadian yang terjadi pada 14 November tahun 1944. Pada hari itu Nakata dan 15 temannya ditemukan pingsan di pegunungan Yamanashi.

Gambar

Gambar 1 Diagram Jonas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah (1) memperbanyak berbagai klon panili asal variasi somaklonal yang diduga tahan terhadap penyakit, serta menguji ketahanan hasil seleksi in vitro

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian empat perlakuan agensi hayati yang berbeda pada tanaman cabai dapat menimbulkan serangan penyakit layu fusarium pada

1. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan secara baik ilmu pengetahuan yang dimilikinya baik secara lisan maupun tertulis, hingga hasil karya ilmiahnya dapat

Pilihan yang sesuai untuk anak kalimat di atas adalah berbentuk pasif, bisa dengan Verb-3 saja atau menggunakan perfect participle yang berbentuk pasif. KUNCI

Dengan kata lain, selain membawa pesan, kegiatan penerjemahan juga merupakan kegiatan untuk mengubah bentuk bahasa dengan tujuan agar teks hasil terjemahan bisa

1) Bagaimana informasi dari user dapat diberikan ke sistem komputer ?. 2) Bagaimana informasi dari komputer dapat dipresentasikan pada user ?.  Interaksi user merupakan

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi Desain Interior ITB.. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui